Tuesday, October 6, 2015

Menulis Cerpen berdasarkan Peristiwa Nyata

Menulis Cerpen berdasarkan Peristiwa Nyata

      Menulis cerpen harus banyak berkhayal karena cerpen memang karya fiksi yang berbentuk prosa. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerpen hanya direkayasa oleh pengarangnya. Demikian pula para pelaku yang terlibat dalam peristiwa itu. Waktu, tempat, dan suasana terjadinya peristiwa pun hanya direka-reka oleh pengarang. Oleh karena itu, cerpen (dan semua cerita fiksi) disebut cerita rekaan.
      Cerita dalam cerpen mungkin saja terjadi sebab bahan baku cerpen memang bisa berasal dari kisah yang benar-benar terjadi dalam masyarakat. Boleh jadi, bahan baku cerpen benar-benar dialami sendiri oleh pengarangnya. Kisah nyata yang benar-benar terjadi itu oleh pengarangnya diolah, yaitu ditambah, dikurangi, digabungkan, diubah nama pelakunya, diganti tempat terjadinya, dan lain-lain. Akan tetapi, semua bahan baku yang semula benar-benar terjadi itu setelah diolah oleh pengarang dalam bentuk cerpen, menjadi cerita fiksi, cerita khayal, atau cerita rekaan.
      Jika akan menulis cerpen, yang pertama-tama kalian lakukan adalah mencari dan menentukan tema. Tema cerita tersebar luas di sekeliling kalian, bahkan juga di dalam diri kita. Apa yang pernah kalian alami, lihat, dengar, rasakan, bayangkan, dan lain-lain dapat kalian pilih menjadi tema cerpen. Tema yang kalian pilih tentu saja tema yang menarik, terutama menarik bagi diri kalian dan kalian perkirakan juga menarik bagi orang lain.
      Setelah tema kalian tentukan, tema itu harus kalian rinci lebih dahulu karena tema masih berupa ide pokok. Bila tema langsung dikembangkan menjadi sebuah cerpen, penulisan cerpen masih akan mengalami banyak kesulitan. Oleh karena itu, tema harus dirinci, dijabarkan lebih lanjut, apa saja yang akan diceritakan.
      Setelah menjabarkan tema, kita perlu mempertegas peristiwa-peristiwa apa yang akan terjadi dalam cerpen. Peristiwa-peristiwa itu kemudian kalian susun demikian rupa sehingga membentuk plot cerita.
      Plot atau alur cerita adalah rangkaian peristiwa yang sambung-menyambung dalam sebuah cerita berdasarkan logika sebab akibat. Dalam sebuah cerita terdapat berbagai peristiwa. Akan tetapi, peristiwa-peristiwa dalam cerita itu tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan antara peristiwa satu dengan peristiwa lainnya. Rangkaian peristiwa itulah yang membentuk plot atau alur cerita.


Bacalah pengalaman Wayan berikut ini.
      Sejak duduk di kelas VII SMP aku sudah rajin menabung. Rencananya uang tabungan tersebut akan aku belikan playstation kesukaanku. Akan tetapi, keinginan tersebut berubah setelah ibu meminjamnya untuk memperluas usaha yang dimiliki keluargaku.
      Pengalaman Wayan tersebut dapat diubah menjadi penggalan cerpen berikut.


Celengan ayam

      Celengan ayam itu kutimang-timang. Terasa berat di tanganku. Mungkin sudah ada beratus-ratus uang logam dan lembaran ribuan di sana. Mungkin juga sudah cukup untuk membeli playstation impianku. Tapi ... kembali terngiang ucapan ibu tadi siang.
      "Yan, bagaimana menurutmu kalau celengan ayammu tidak usah kamu gunakan untuk membeli playstation?" ucap ibu lirih.
      "Lalu mau digunakan untuk apa, Bu?"
      "Ibu mempunyai rencana untuk memperluas kios kita dengan barang-barang kebutuhan rumah tangga lainnya.
      Kamu mengerti maksud ibu bukan, Yan?"
      "Iya, Bu."
      Ah seandainya saja ayah masih ada. Tentu ibu tidak perlu bersusah payah membuka kios seperti itu. Seandainya saja ... .
      Dengan pelan-pelan kuelus celengan ayam itu. Ada rasa sayang untuk merelakan satu-satunya benda yang kumiliki itu.
      Celengan yang kumiliki sejak kelas VII SMP. Setiap hari aku mengisinya dengan uang saku yang diberikan ayah. Sedikit demi sedikit. Hingga akhirnya menjadi seberat ini. Haruskah kubuka celengan itu untuk kuberikan pada ibu?
      Sekelebat wajah ibu membayang di pikiranku. Aku kasihan padanya. Sejak ayah meninggal. Ibu terlihat semakin bertambah tua, mungkin karena beban berat yang harus ditanggungya. Kubulatkan niatku untuk merelakan celengan ayam itu.
      Untuk terakhir kali kuelus celengan itu. Selamat tinggal playstation. Perlahan kuangkat celengan itu dan kubanting ke lantai. Pyaar ... . Celengan itu pecah berkeping-keping. Uang logam dan lembaran uang kertas berserakan di lantai. Kupungut satu per satu untuk kuhitung.
........................................
(Sumber: Yunior, 2 Desember 2007 dengan pengubahan)



Sumber: bse Bahasa indonesia kelas 9 SMP

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More